4 POINT PENTING PASCA RAMADHAN
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ,
وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا,
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ,
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ,
وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Hari ini kita berada dalam hari besar, hari perayaan, hari di mana kita
kembali berbuka puasa, yaitu hari Idul Fithri. Suatu nikmat yang besar, kita
dapat menjalankan ibadah shiyam, ibadah puasa sebulan penuh. Kali ini kita berada
pada awal Syawal 1439 H.
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
ليس
العيد لمن لبس الجديد إنما العيد
لمن طاعاته تزيد
ليس العيد لمن تجمل باللباس و الركوب إنما
العيد لمن غفرت له الذنوب
Hari
raya itu bukanlah milik orang yang berpakaian baru,
Akan
tetapi hari raya itu, milik orang yang ketaatannya bertambah.
Dan
bukanlah hari raya itu milik orang yang berhias dengan pakaian yang indah
dan kendaraannya mewah, tetapi hari raya itu adalah milik orang yang telah
diampuni baginya dosa-dosanya.
Bagaimana
air mata seorang mukmin tidak mengalir atas perpisahan dengan bulan ramadhan,
sedang dia tidak mengetahui apakah masih tersisa lagi umurnya untuk kembali
pada ramadhan yang akan datang.
Setiap
kita tentu tulus saat menulis maupun mengucapkan permohonan maaf kala Idul
Fitri tiba.
Setiap kita tentu tulus saat melafalkan kalimat pemberian maaf kepada orang
yang mengharap maaf kita kala Idul Fitri datang.
Sudahkah
itu semua kita lakukan dengan hati yang tulus? Atau hanya sebatas omong kosong
saja tanpa ketulusan dari sanubari yang terdalam?
Ketulusan adalah bahasa kalbu yang tertanam (ter-install) dalam
fitrah manusia.
Ketulusan adalah bahasa universal yang dapat menembus batas gender, usia, suku
dan wilayah.
Ketulusan adalah bahasa yang bisa dimengerti orang awam, dipahami cerdik
cendekia, didengar si tuna rungu, dilihat sang tuna netra dan dirasakan setiap
jiwa.
Ketulusan tak kan lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas, dan tak kan menua
karena usia zaman.
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ
لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلاَ شُكُوْرًا
Sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami
tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
(QS al-Insân [76] : 9)
Tak peduli dengan jatuhnya gengsi, permintaan maaf harus kita haturkan bila
memang kita bersalah, tanpa perlu berbelit-belit membuat argumentasi pembenaran
perilaku diri.
Idul Fitri hakekatnya sebuah momen bagi setiap
muslim untuk meningkatkan amal dan ibadah, bukan malah bersantai-santai dengan
dalih menikmati masa rehat setelah berbagai aktivitas ibadah Ramadhan. Hal ini
selaras dengan nama bulan saat Idul Fitri, yaitu Syawal (dalam bahasa Arab
disebut Syawwâl).
Syawwâl (شَوَّالْ)
berasal dari kata syawala (شَوَلَ). Menurut ilmu sharaf, syawala termasuk
Binâ’ Ajwaf Wâwi karena ‘ain fi‘il berupa wawu. Dengan demikian syawala (شَوَلَ)
berubah menjadi syâla (شَالَ).
Di Kamus Al-Munawwir Arab—Indonesia, syâla
berarti naik, oleh karena itu syawwâl berarti peningkatan. Jadi bulan Syawal
adalah bulan peningkatan amal kebajikan, baik kuantitas maupun kualitas.
“Meningkatkan amal ibadah baik kuantitas maupun
kualitas,” adalah ucapan indah yang setiap orang bisa melafalkannya.
“Meningkatkan amal ibadah baik kuantitas maupun
kualitas,” adalah retorika bermutu tinggi yang setiap insan dapat
meneriakkannya.
Namun,
“Meningkatkan amal ibadah baik kuantitas maupun kualitas,” hanyalah sebuah
omong kosong bila kita tidak terus memonitor ibadah harian diri.
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Beberapa point
terpenting disaat kita telah melewati bulan ramadhan adalah
1.
Kembali mengingat tujuan kita hidup di dunia ini
Ingatlah firman Alloh :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS.
Adz-Dzariyat: 56)
Allah ta’ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah
kepada-Nya. Inilah tujuan hidup kita . kita hidup untuk mengabdi beribadah
kepada Alloh ta’ala. Ibadah
dibangun di atas dua pondasi utama:
- Memurnikan amalan untuk Allah
semata
- Meneladani Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hal ucapan, amalan, dan keyakinan
Ketika kita menganggap hidup kita
hanya untuk mengumpulkan harta, haus akan kekuasaan, tertipu dengan apa yang
kita miliki sehingga lupa akan tujuan hidup yang hakiki, maka tak ubahnya hal
itu seperti qarun dengan harta melimpahnya kemudian Alloh tenggelamkan kedalam
bumi. Fir’aun dengan kesombongan kekuasaanya ditenggelamkan kedalam lautan.
2.
Mengingat akan datangnya kematian
كُلُّ
نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. (QS. Al-Anbiya : 35)
Dengan
mengingat kematian, kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berusaha untuk memanfaatkan waktu untuk beribadah dan memperbaiki diri. Percaya
atau tidak kematian pasti akan menghampiri kita semua. Tidak akan diundur kalau
sdh tiba saatnya.
3.
Sadar akan datangnya hari pembalasan, dimana semua gerak gerik
perbuatan yang sudah dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban
Salah satu
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menggambarkan
keadaan hari kiamat adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu. Dalam Hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ
وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ
وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.
“Tidak
akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia
ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan,
tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana
ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan
serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.”
(HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid
10 hal 8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani
dalam Silsilah al-AHadits ash-Ashahihah no. 946)
Dalam Hadits
tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kita
bahwasanya, kelak di hari kiamat setiap Bani Adam (manusia) akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai 5
(lima) perkara, diataranya adalah tentang:
- Umurnya
- Masa mudanya
- Hartanya (dari mana ia
dapatkan)
- Hartanya (dalam hal apa ia
belanjakan)
- Ilmu yang dimilikinya
Barangsiapa
yang bisa menjawab dan mempertanggungjawabkan kelima perkara tersebut kelak di
hari kiamat, maka dia akan menjadi orang yang beruntung. Dan dengan izin Allah,
dia pun akan mendapatkan apa-apa yang telah Allah janjikan kepada
hamba-hambaNya yang bertakwa berupa kenikmatan-kenikmatan surga. Namun apabila
ia tidak bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, maka sungguh dia
termasuk orang-orang yang celaka dan mendapatkan adzab yang pedih dariNya.
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Seluruh anggota
tubuh kita akan menjadi saksi perbuatan kita
حتى إِذَا مَا
جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا
كَانُواْ يَعْمَلُونَ وَقَالُواْ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قالوا
أَنطَقَنَا الله الذي أَنطَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Sehingga
apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka
menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan
mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?”
Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata
telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, (QS. Fushshilat:20)
4.
Menjadikan kondisi dahsyat lagi berat di akhirat sebagai pengingat
dan nasehat
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي
رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ
فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
Yang artinya
: “Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar,
mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka, orang kafir akan
dibuatkan untuk pakaian-pakaian mereka yang terbuat dari api neraka. Lalu,
disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka” (QS. Al-Hajj: 19).
Lalu, para
penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian yang terbuat dari aspal
yang lalu dibakar dengan api neraka. Tidak cukup itu saja, Al-Hamim (air yang
sedang mendidih, dan sangat panas) akan disiramkan ke atas kepala mereka,
kemudian kita berlindung hanya kepada Allah agar tidak menjadi ahli neraka.
Kemudian Allah
melanjutkan,
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ
وَالْجُلُودُ
Yang artinya
: “Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka, dan
juga kulit (mereka)” (QS. Al-Hajj: 20).
Selanjutnya Allah berfirman,
وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ
Yang artinya
: “Dan untuk mereka cambuk-cambuk yang terbuat dari besi” (QS. Al-Hajj: 21).
Maqami’ itu semacam palu atau martil dari besi yang dipukulkan ke kepala
mereka. Maka, ketika mereka hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil
tersebut di atas kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka.
كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ
وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
Yang artinya
: “Sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad: 15)
Sesungguhnya
panasnya api neraka Jahannam tidak tertandingi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Wasallam, mengabarkan, panasnya lebih dari 70 kali dari panasnya api yang ada
di dunia.
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa memberikan
kita petunjuk dan taufik untuk tetap beramal shalih selepas Ramadhan ini.
Moga amalan kita di bulan Ramadhan yaitu amalan shalat malam, membaca
Al-Qur’an, bersedekah dan lainnya diterima oleh Allah. Moga kita diberi
keistiqamahan serta diberi keistimewaan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan
berikutnya.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ
وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا،
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ
الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,
يَامُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ
صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ
لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا
آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنُا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِي كُلّ خَيْرٍ
وَالْمَوْتَ رَاحَةً
لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا
الْيَوْمِ
وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ
عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةِ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا
فِي رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Lapangan Desa Rejosari
Rejosari, Semin, Gunungkidul
Julianto
Klik Tombol Print atau Pdf untuk ambil artikel