إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Waktu berlalu begitu cepat, tinggal beberapa hari lagi kita memasuki tahun baru masehi. Kita bisa menyaksikan ditiap pergantian tahun baru baik siang maupun malamnya banyak orang-orang yang malamnya begadang, merayakan dengan berbagai acara pesta, pesta kembang api, pesta terompet dan lain-lainnya. Tidak sedikit juga kaum muslimin yang melakukan hal-hal tersebut. Apakah kita pernah memikirkannya apakah kegiatan-kegiatan ini selaras dengan islam?
Apakah akan membawa manfaat bagi kehidupan yang abadi kita kelak diakhirat?
Banyak dari orang yang mengikuti acara-acara tersebut karena ikut-ikutan kebiasaan yang sudah ada. padahal hal itu belum tentu boleh atau benar.
Alloh berfirman dalam surat Al-Isra' :36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ
ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.
Merujuk pada Ayat dan hadits di atas, maka alangkah baiknya kalau kita
seharusnya kroscek dahulu asal muasal dari apa yang dilakukan orang-orang
menjelang pergantian tahun. Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terjebak oleh
ketidaktahuan kita yang akan menyebabkan kita terlempar ke dalam.
Merayakan Tahun Baru
Kenapa harus 1 Januari? Dan budaya dari kaum apakah perayaan
tersebut?
Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan. Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus.
Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan. Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus.
Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun
baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru
masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis
Romawi.
Acara ini terus
dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui
spirit ibadah pagan latar belakang diadakannya acara ini. Kaum
Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini
biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang
tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan
(penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.
Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.
Dari
penjelasan tersebut, maka kita ketahui bersama bahwa perayaan tahun baru
merupakan hari rayanya orang kafir. Hari raya merupakan bagian dari agama dan
doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota
Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. hari Nairuz
adalah perayaan awal tahun Syamsiyah. Sedangkan Mihrajan adalah perayaan enam
bulan setelahnya. Lihat keterangan dalam Minhah Al-‘Allam, 4: 142
Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk
madinah,
قدمت عليكم ولكم
يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر
“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki
dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah
telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).
Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan
penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak
ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua
perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah
berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.
Pesta Kembang Api
Pesta semacam itu hakikatnya adalah turut
merayakan tahun baru. Padahal telah ditegaskan sebelumnya, tahun baru sama
sekali bukan hari raya kaum muslimin, tapi murni infiltrasi dari kebudayaan
orang kafir. Kalau kita melihat tradisi petasan maka akan kita dapatkan sejarah
Tradisi membakar petasan, menurut legenda yang tersebar di Cina,
sudah dimulai sejak pemerintahan Dinasti Han pada 200 SM, jauh sebelum penemuan
bubuk mesiu. Ini berhubungan dengan sosok makluk gunung bernama Nian. Setiap
tahun baru Cina, Nian keluar gunung, mengganggu perayaan tahun baru. Nian
hendak memakan mereka! Untuk mengusir Nian, penduduk kemudian membuat suara
ledakan dari bambu, yang mereka sebut baouzhu. Sejak itu petasan dipakai
dalam setiap perayaan maupun festival di Cina, termasuk Imlek atau tahun baru
Cina.
Petasan kemudian berkembang dengan penemuan bubuk mesiu pada era Dinasti
Sung (960-1279) oleh seorang pendeta bernama Li Tian yang tinggal dekat kota
Liu Yang di Provinsi Hunan. Saat itu pula didirikan pabrik petasan yang menjadi
dasar pembuatan kembang api, yang memancarkan warna-warni dan pijar-pijar api
di angkasa. Sampai sekarang Provinsi Hunan masih dikenal sebagai produsen
petasan dunia.
Menyalakan kembang api di tengah malam,
bertolak belakang dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk tidur di awal malam, dan tidak bergadang. Dari Abu Barzah Al-Aslami
beliau menceritakan tentang kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَكَانَ
يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci
tidur sebelum shalat isya’ dan ngobrol setelah isya’ (HR. Bukhari, no.599)
Menyalakan kembang api termasuk bentuk
membuang-buang harta. Padahal membuang-buang harta termasuk perbuatan yang
terlarang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن الله كره لكم
ثلاثا قيل وقال وإضاعة المال وكثرة السؤال
“Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada
kalian; kabar burung, membuang-buang harta, dan banyak bertanya.” (HR.
Bukkhari, no.1407)
Benda semacam itu sangat mengganggu orang lain,
terutama dentuman suaranya yang membuat kaget. Bahkan terkadang bisa memicu
timbulnya kebakaran.
Budaya Terompet
Terompet itu budaya Yahudi. Namun itulah yang
dilakukan oleh kaum muslimin di malam tahun baru, hanya mengekor budaya Yahudi.
Ketika
Nabi memikirkan
bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah, ada sahabat yang
mengusulkan dengan meniup terompet maka Rasululloh
bersabda:
وَقَالَ زِيَادٌ
شَبُّورَ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ
lantas beliau
bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi. Nabi
pun tidak setuju. (HR. Abu Daud no. 498)
باركَ الله لي ولكم في القرآنِ العظيم، ونفَعَني الله وإياكم بما فيه من
الآياتِ والذكرِ الحكيم
أقولُ قولي هذا، وأستغفرُ الله لي ولكم ولجميعِ
المُسلمين من كل ذنبٍ، فاستغفِروه
إنه هو الغفورُ الرحيم
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ .
Selanjutnya, mari kita berusaha untuk menjadi
pribadi mukmin yang kuat. Menjadi seorang muslim yang bangga terhadap agamanya.
Tidak mudah terpengaruh dengan arus budaya dan konspirasi hegemoni Yahudi.
Sadarlah wahai pemuda Islam… kesampingkan hawa nafsu…, jadilah orang yang
peduli dengan agamamu…, sesungguhnya masa depanmu sangat diharapkan.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا،
وَارْزُقْنَا وَاجْبُرْنَا، وَارْفَعْنَا وَلَا تَضَعْنَا، وَأَكْرِمْنَا
وَلَا تُهِنَّا
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى مَنْ
ظَلَمَنَا، اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ لَا تُشْمِتْ بِنَا
عَدْوًا وَلَا حَاسِدًا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar